Rabu, 24 Maret 2010

RAHASIA KEAJAIBAN SEDEKAH


Hari ini saya membuka friendster. Salah seorang sahabat mengirimkan sebuah nasehat yang membuat hati tertegun dan mata ini berkaca-kaca. Ia mengirimkan sebuah ’surat cinta’ dari Rasulullah saw. Isi suratnya sebagai berikut;

Rasulullah SAW pernah berkata, bahwa setiap masuk pagi, ada dua malaikat mengajukan permohonan mereka kepada Allah SWT. Malaikat pertama berdoa:”Ya Allah berikanlah ganti bagi orang yang menginfaqkan hartanya”. Yang kedua berdoa:” Ya Allah jadikanlah semakin tidak punya orang yang pelit terhadap hartanya.”

Berbicara mengenai balasan dari Allah atas sedekah ataupun infaq yang telah kita keluarkan, sungguh kita butuh keyakinan yang sempurna, bahwa Allah akan mengganti dengan berlipat-lipat dari arah yang tak pernah kita sangka-sangka sebelumnya. Bukankah Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya? Berikut ini adalah sekelumit pengalaman yang mudah-mudahan bermanfaat buat ikhwah sekalian.

Alhamdulillah, saya sekeluarga sejak beberapa bulan lalu belajar menguatkan keyakinan itu, bahwa Allah akan memberikan ganti yang lebih baik bagi orang-orang yang menginfakkan hartanya. Dan dengan pengharapan yang besar kepada Allah bahwa Dia pasti akan memenuhi janjinya tanpa menunggu waktu yang lama. Saya dan istri juga mulai belajar merutinkan sedekah baik dikala lapang dan sempit. Dengan nilai besar ataupun kecil, dengan jalan menghadiahi orang tua atau saudara. Meski tidak seberapa namun kami belajar untuk mengasah keikhlasan semata karena Allah. Dan dengan jalan menyisihkan infaq untuk fii sabilillah. SubhanAllah, keyakinan itu semakin kuat. Dan janji Allah demikian nampak jelas. Salah satunya adalah pada aksi solidaritas Palestina untuk warga Ghaza yang lalu.

Saya dan istri memang orang yang berpenghasilan utama dari gaji yang kami terima setiap akhir bulan. Beberapa penghasilan dari usaha lain (memang sudah menjadi komitmen) sementara tidak kami masukkan dalam penghasilan keluarga. Praktis kami menghidupi diri dengan gaji bulanan tersebut. Maka, kejadian uang habis sebelum jatuh tanggal menjadi hal yang lumrah dan biasa. Tapi kami tak berputus asa, bahkan kami makin semangat untuk berinfaq sekaligus menguatkan keyakinan terhadap janji-janji Allah.

Saat aksi Palestina 27 Januari lalu, kondisi kantong keluarga memang sedang kurang bersahabat. Baru 3 hari terima gaji, cuma tersisa beberapa rupiah saja. Bukan karena dibelanjakan konsumtif, karena kebetulan bulan Januari itu saya mengembangkan usaha yang terpaksa harus mengambil sebagian besar penghasilan bulanan yang biasanya saya terima. Sebagian sisanya sudah pasti dibelanjakan untuk mujahidah kecil kami, Safiya Salwa Syahidah, yang saat ini menginjak usia 10 bulan. Namun, atas dasar cinta dan empati kepada saudara seiman di Ghaza, kami sekeluarga berangkat ke Monas dengan semua bekal maal yang masih tersisa. Ada beberapa lembar uang kertas yang tersumpal dikantong celana. Sayangnya hanya 2 lembar yang signifikan nilainya. Beberapa yang lain hanya cukup untuk membeli makanan sederhana dan air minum untuk kami saat aksi siang harinya, termasuk buat Salwa. Itu pun mungkin tidak cukup.

Namun, saya sudah meniatkan untuk menginfaqkan 1 lembar dari 2 lembar yang cukup berharga itu, (jika tak layak disebut SANGAT berharga). Istri awalnya sedikit agak ragu, mengingat penghasilannya yang beberapa hari lagi keluar sudah ter-pos-pos sedemikian rupa. Sementara untuk melewati satu bulan kedepan masih sangat panjang. Sehingga sepeser dari uang yang tersisa menjadi sangat berarti. Sampai saat aksi solidaritas untuk Palestina itu lewat separuh jalan, istri masih berat hati. Namun bayang wajah duka lara saudara-saudara di Ghaza membuat menitik air mata ini. Saya coba terus meyakinkan istri, bahwa Allah pasti akan mengganti dengan yang jauh lebih banyak. Apalagi mengeluarkan sedekah karena Allah di kala sempit. Allah pasti tak akan membiarkan begitu saja hamba-Nya yang punya ar-rajaa’ dan al-hub kepada saudaranya seiman.

Aksi itu sudah sampai dipenghujungnya, kami pun bersiap melangkah pulang seraya menunggu bus umum yang menuju ke Kota Tangerang. Saya merogoh saku celana dan seketika terhenyak, ternyata kami belum berinfak. Saya genggam beberapa lembar uang kertas di tangan. Dan kutatap wajah istri untuk meminta persetujuannya mengambil satu diantara 2 lembar uang yang sangat berharga itu, sebagaimana yang dari awal sudah diniatkan. Sementara 1 lembar lagi kami pakai untuk ongkos naik bus. Akhirnya, istripun mengangguk tanda setuju.

Saya pun bersyukur. Karena ‘pasukan pengumpul’ infaq dari panitia aksi sudah sangat jauh dari posisi kami, maka sembari meraih Salwa saya mendekati beberapa panitia petugas medis Aksi yang kebetulan sedang berhenti beberapa puluh meter di dekat kami. Setelah sejenak kami beri penjelasan bahwa kami terlupa belum infaq, maka petugas medis bersedia menerima titipan tersebut dari kami. Salwa yang menggenggam uang itu, dan itu pertama kali baginya berlatih untuk berinfaq. Dalam hati, ucapan ‘bismillah’ saya kuatkan saat jemari mungil Salwa melepaskan satu lembar uang berharga itu. Dan akhirnya kami pulang dengan hati yang tentram, penuh syukur, dan berserah diri kepada Allah. Semoga sedikit dari rizki yang kami infaqkan bisa memberi manfaat untuk anak-anak Ghaza yang teraniaya dan tak mampu membeli susu.

Janji Allah itu tak pernah meleset dan ingkar. Allah memenuhi janji-Nya dengan cara-caranya sendiri. Belum genap 24 jam semenjak aksi itu, dari arah yang tak disangka-sangka, lewat tangan istri, Allah SWT memberikan ganti sejumlah uang sama persis dengan nilai uang yang kami infaqkan sehari sebelumnya. Saat istri menyampaikan kabar itu, mata saya berkaca-kaca. “Subhanallah, Engkau Maha menepati janji ya Allah”. Hati saya bergemuruh, bukan karena uang yang kami terima itu. Namun karena untuk yang kesekian kalinya bagi kami, Allah memenuhi janji-Nya secepat kilat.

Tidak sampai disitu, dari uang itu kami pun sepakat untuk menyedekahkan sebagiannya. Subhanallah, 10 hari kemudian lewat tangan istri kembali, lewat jalan yang tak disangka-sangka Allah menggantinya 7 kali lipat dari sebagian yang kami infaqkan. Dengannya kami pun menyedekahkan sebagian lagi dari yang 7 kali lipat itu, dan 2 hari berikutnya Allah yang Maha Kaya menggantinya 10 kali lipat dari yang kami sedekahkan. Padahal biasanya kami hanya menerima penghasilan dari gaji tetap bulanan saja yang tak ‘mungkin’ bertambah di tengah jalan.

Memang Allah benar-benar mengganti sedekah hamba-Nya dengan berlipat-lipat keberkahan. Bahkan di pagi ini, saya mendapatkan kabar gembira lewat telepon dari seorang ikhwah yang bekerjasama mengelola sebuah usaha baru yang saya jalankan. Bahwa usaha yang dibuka hari pertama dihari kemarin menunjukkan optimisme keuntungan yang sangat menjanjikan. Alhamdulillah.

Terima kasih yaa Rabbana, mudah-mudahan Engkau anugerahkan kepada kami dan saudara-saudara kami rezeki yang melimpah lagi berkah. Agar kami bisa kembali bersedekah (dengan lebih banyak) untuk saudara-saudara kami lainnya yang Engkau uji dengan kekurangan harta dan ketakutan. Ya Allah, sayangi dan kasihilah saudara-saudara kami di Ghaza dengan kuasa-Mu. Lindungi dan selamatkan mereka dari orang-orang yang dzalim lagi aniaya.

Ya Allah Dzat yang Maha Perkasa, kami beriman atas janji-janji-Mu. Dan semakin kuat atas keyakinan kami, bahwa iman, ukhuwah, dan rezeki di tangan hamba-Mu tak pernah Engkau sia-siakan. Engkau pasti bersama kami dengan keimanan kami, dan Engkau pasti menjadi Penolong kami dengan persaudaraan kami. Tak ada nilai yang kecil di sisi Engkau, ketika sedekah ini dibalut dengan keikhlasan dan cinta atas nama-Mu.

puteriku yang lekas sembuh

Sudah 2 hari ini badan Salwa hangat. Parasnya yang lucu dan nggemesin tampak lesu dan kurang ceria. Pipinya yang biasanya mudah merekah karena senyumnya, sudah dua hari ini terasa sangat ‘mahal’. Dia sedang pelit senyum. Bahkan Ahad pagi kemarin, saat bersamaku jalan2 disekitar perumahan, reaksinya ‘very very cool’ meski salah seorang tantenya (tetangga rumah) mencoba menggodanya dengan berbagai gaya.

Perasaannya pun sangat sensitif, sedikit-sedikit nangis, bahkan tak jarang tangisnya melengking. Acara makan2 di Gokana Terriyaki yang sudah ayah-bundanya rencanakan jauh2 hari urung dilakukan. Soalnya Salwa ngga mungkin kena angin sementara kesehatannya lagi kurang bagus. Jadilah siang itu aku belanja bahan mentah di Mall Plaza Shinta yang letaknya kebetulan hanya beberapa meter dari pintu rumah.

Siang ini ayah Salwa masak spesial, mie goreng sozziz sapi dan nugget goreng sambal cocol, sedikit mirip menu di Gokkana. Cuma kurang steak daging sapi dan capcay (maklum bundanya ngga bisa ninggalin Salwa). Biar amatir, rasanya juga ngga kalah ko’, apalagi perut lagi kelaparan, hehehe.

Salwa masih makan bubur seduh Promina, belom bisa makan nuget apalagi tongseng. Ya sudahlah dia bareng makan dengan menu yang berbeda. Wajahnya sedikit berbinar dan ceria. Usai makan Salwa minum obat penurun panas, sayang dikeluarkannya kembali. Dia ngga suka minum obat, biar dicampur susu botol juga, tetep nggak mau. Itu susu yang tercampur obat dijamin bakal nggak akan diminum.

Sebenernya suhu tubuhnya belum begitu panas, baru kerasa hangat. So, baru ku kompres saja sesering mungkin. Menurutku belum mendesak dibawa ke dokter. Ku kompres pake tissue yang kubasahi air minum dari kulkas. Dia suka, soalnya dingin. Salwa sudah terbiasa pegang buah dingin yang baru keluar dari kulkas. Jemarinya yang mungil dan lentik biasanya pelan dan malu-malu menyentuhnya. Lama-lama dia suka dan tak takut lagi memainkan buah apel yang dingin itu.

Malam senin lalu bobo’nya juga sebentar-sebentar bangun. Jelas terlihat tidak nyenyak. Matanya lelah dan sembab. Panas badannya sedikit bertambah, mungkin karena tak nyenyak tidur. Pagi harinya, Salwa bangun dengan suasana sedikit berbeda. Matanya jeli melihat sekeliling. Sesekali ia menggeliat, dan kemudian tangisnya melengking. "aem..aem..aemm" begitu ucapnya disela-sela tangis yang melengking dipagi hari. Rupanya dia lapar dan haus. Padahal kalo lagi sehat, Salwa bangun dengan senyum, menggeliat kesana-kemari, dan tangan mungilnya meraba wajahku yang mendekatinya dan mengajaknya berdoa. "Alhamdulillah..". Sambil menunggu Bundanya menyiapkan susu formula, kusetel VCD kesukaan Salwa untuk meredakan rengekannya, "bismillah.. bismillah, dengan nama Allah, bismillah." demikian lirik lagunya. Wajah Salwa menyemburat senang.

Senin pagi Salwa di bawa ke dokter sama neneknya. Dan Alhamdulillah panasnya perlahan menurun sejak sore hari. Meski rewelnya belum ikut ilang. Semalam Tangerang diguyur hujan deras, sehingga Salwa terpaksa menginap di rumah nenek bersama bundanya. Sementara aku harus balik ke rumah untuk mencuci baju-baju Salwa yang sudah mulai menumpuk di keranjang baju. Pagi ini, aku menengoknya dan dia sudah bisa tertawa-tawa menyambutku.

………..

Nanda sayang, kita harus percaya dan yakin. Bahwa semua yang menimpa kita adalah yang terbaik buat kita. Ayah yakin, kamu paham (karena kamu pintar dan sholihah), bahwa sakit yang kita alami adalah sarana agar kelak kamu dan kita pandai bersyukur dengan nikmat sehat. Dan agar kelak kamu menjadi muslimah yang kuat, dan tak mudah menyerah dengan cobaan-cobaan dan kesulitan hidup. Aamiiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar