Kamis, 15 April 2010

KUMPULAN KATA- KATA KIASAN


PUISI DARI HATI

Malam yang Sunyi

Di malam yang kian hening
Di tengah dingin yang menusuk kulit
Membuat hati tak bisa bergeming
Menghadapi cobaan yang kian membelit

Di tengah malam yang sunyi
Di kegelapan yang kian sepi
Ku ingin teteskan air mata
Menghadapi kesedihan yang terus menerpa

Tapi kupercaya
Dialah satu-satunya yang Maha Kuasa
Yang bisa menentramkan jiwa
Menenangkan hati yang berduka

Aku tak ragu
Dialah satu-satunya yang Maha Tahu
Selalu terjaga dan tak pernah tertidur
Melindungi hamba-hamba-Nya yang bersyukur

**************

Tinggal Kenangan

Malam yg begitu sepi
sunyi senyap tnpa penghuni
tanpa bintang tanpa bulan
semua tak menampakkan wujud nya

Aku duduk tersudut meratapi kisah cinta yang begitu pahit
kisah cinta yang hanya tinggal kenangan
kenangan yang sangat indah
kenangan antara kau dan aku

Ku sayang kau
ku cinta kau
ku rindu kau

Kau pergi tinggal kan smua rasa itu
kau pergi tinggal luka di hati ku
pergi jauh dan tak kan pernah kembali
tanpa perdulikan yang slalu merindukan mu

Akan kah rasa ini ku buang jauh
akan kah kenangan itu dapat mengobati ku
mengobati smua perih karena ku merindukan mu

Aku tak mengerti dengan smua ini
aku tak tau apa yg sudah terjadi
yang aku tau
aku tlah kehilangan dirimu

*****************

ASA

Jika kenangan&jarak menjadikanmu
acuan tuk jalan bahagiamu
mungkin aku tak berarti bagimu..

Namamu mengukir luka
Di setiap rongga dada
Aku mengalah,karena cinta
Adalah sayap..terbanglah bersamanya
Harapku musnah lebur tak tesisa

Aku di sini
kan tetap sendiri..

****************************

Puisi Untuk IBU

besar pengorbanan yg Engkau berikan
tak satu'pun langkah'mu yg tak berarti di hidupku
kau keluarkan semua tenaga'mu untuk melahirkan'ku
meski semua yg terbaik telah ku berikan pada'mu
itu semua tak akan bisa menggantikan semua

secoret kata ini, kutuliskan
betapa besar pengorbanan'mu untuk anak'mu
kini aku bisa memahami,
betapa berartinya diri'mu di dunia'ku

tak mampu aku membalas semua pengorbanan'mu
hanya menghormati dan memberi yg terbaik untuk'mu
meski tak besar,aku terus berusaha untuk bisa membuat diri'mu tersenyum melihat anak'mu

IBU terimakasih, kasih dan pengorbanan'mu akan terus aku ingat.


*****************

Tentang Rindu

Jika bintang-bintang sudah tidak dapat lagi menemani,
biarlah ku nikmati kesunyian ini …..

Jika puisi indah sudah tak dapat lagi mewakili perasaan ini,
biarlah ku nikmati kehampaan ini …..

Mungkin air mata yang tulus
akan lebih bermakna daripada tawa penuh dusta …..

Semoga kerinduan ini kan segera berakhir,
Seiring ku dapatkan kerinduan baru yang lebih bermakna,
Dan dapat membuat ku bahagia …..

************************

Cinta Yang Tak Pasti

mungkin aku terlalu bodoh untuk mengerti
mungkin aku tak sengaja jg menyakiti
andai aku tau isi hatimu
andai kesempatan itu datang lagi padaku

sekarang mustahil bagiku
bahkan menyentuh bayangmu, aku tak mampu
sekarang aku terpuruk dalam jurang sesalku
dan cinta ni jadi sesak dalam dadaku
aku tau cinta ini sudah tak laku

tapi biarkan cinta ini aku miliki
biarkan cinta ni menjadi bebanku
aku tak peduli
meski menghambat jalanku
aku tau mencintaimu adalah tak pasti

MENEMPU JALAN HIDUP


MENEMPU JALAN HIDUP

Kita semua memiliki kemampuanyang hebat

Untuk menghayalkan kebesaran yang akan kita capai di masa depan.

Kita juga piawai untuk menuliskan cita-cita dan menyusun rencana.

Tetapi semua kekuatan dan perencanaan kita

Tidak pernah lebih hebat daripada kemampuan kita untuk menunda.

Sebagian penundaan kita datang

Karena pertimbangan yang berlabihan

Mengenai bayangan-bayangan masalah besar

Yang bisa menghadang kita.

Kita membayangkan batu-batu sebesar gajah, yang harus disingkirkan

Agar perjalanan mencapai cita-cita kita menjadi mulus dan bebas kesulitan.

Kita melupakan batu-batu kecil

Yang harus disingkirkan dan di langkahi

Yang justru selalu menjadi prasyarat

Bagi teercapainya hasil yang nilai agretnya lebih besar dari pada gajah.

Rabu, 24 Maret 2010

MERDEKA DARI PENGHAMBAAN KEPADA THAGHUT

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi diantaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun diantara umat-umat yang lain." (Al-Ma’idah: 20)

Kemerdekaan adalah karunia dan nikmat yang Allah berikan kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Oleh karena itu, nikmat kemerdekaan harus terus disyukuri dan dimaknai lebih dalam dari hanya sekedar peringatan ceremonial belaka. Bukan lantaran ia dicapai dengan pengorbanan harta, jiwa dan raga saja, namun karena kesadaran kita juga bahwa kemerdekaan itu tak akan mungkin tercapai tanpa campur tangan dan karunia Allah Dzat yang Maha Kuasa.

Hal ini dipahami benar oleh paru guru dan pahlawan pendahulu kita hingga kesadaran iman itu pun termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi ” ..atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa…”. Sebuah warisan kejujuran yang harus direnungi secara mendalam oleh generasi penerus di masa kini dan masa yang akan datang. Bahkan sebagaimana ayat 29 surat Al-Ma’idah di atas, Allah benar-benar mempertegas dalam firman-Nya bahwa kemerdekaan adalah pemberian-Nya. Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam Indonesia harus mensyukurinya dengan penuh tawadhu dan rendah hati.

Apabila pada masa-masa jahiliyah dan zaman kolonialisme wujud penjajahan yang menimpa umat adalah berupa penindasan fisik dan ancaman senjata, maka pada era kemerdekaan ini ‘musuh’ umat Islam menjelma dalam bentuk lain yang lebih ‘laten’ dan tidak kalah berbahaya. Peperangan yang mencuat adalah peperangan aqidah kaum muslimin dengan musuh-musuh yang beragam dan selalu memperbaharui diri.

Harta, kekuasaan, jabatan, uang, kesenangan, kemewahan, fasilitas hidup, mode, mistik, jimat, perdukunan, ramalan bintang, perjudian online, narkoba, seks bebas, dan tayangan-tayangan media yang menyesatkan dewasa ini sudah menjadi sosok-sosok monster yang merongrong aqidah kaum muslimin. Taghut tidaklah semata-mata dipahami sebagai sesosok berhala dan patung yang disembah dan dikeramatkan sebagimana dikenal pada masa-masa awal turunnya Islam. Namun pada hakikatnya, thaghut dapat berbentuk apa saja yang membuat hati dan pikiran manusia merasa condong dan memuliakannya, bahkan mencintainya melebihi cintanya kepada Allah SWT.

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cintanya kepada Allah…” (Al Baqarah : 165)

Persoalan ini tentu tidak bisa dianggap enteng, sebab perkara-perkara tersebut diatas bukanlah fakta yang dibuat-buat. Namun sebuah realitas masyarakat yang sungguh sangat memprihatinkan. Apalagi serangan aqidah itu sudah secara langsung memasuki rumah-rumah melalui media televisi kita tanpa ada sedikitpun benteng yang mampu menahannya.

Kita bisa melihat bagaimana sesungguhnya pertelevisian kita sudah tidak lagi berpihak kepada umat dalam membentengi aqidahnya. Kekuasaan dan harta dijadikan komoditas yang memicu perseteruan, kemewahan di ‘dewa’ kan, ramalan di perdagangkan dengan vulgar dan tanpa malu-malu. Kemaksiatan dipertontonkan dengan kebanggaan. Dan banyak hal lain yang kesemuanya semakin hari semakin mengikis aqidah dan iman kaum muslimin.

Itu semua lantaran manusia telah menjadikan karunia dan pemberian-pemberian Allah sebagai sosok taghut yang mereka ’sembah’ dan bangga-banggakan. Oleh karena itu, kaum muslimin harus sadar dan segera bangun dari keterpurukan aqidah. Jangan sampai kita terjerembab dalam kedangkalan iman dan kedustaan aqidah, sebagaimana Allah peringatkan didalam firman-Nya:

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (An-Nahl: 36)

Persoalan aqidah umat ini sudah memasuki kondisi kritis dan merisaukan. Dan harus ada tindakan konkrit untuk menyelamatkan masyarakat dari bahaya laten yang menggerogoti keimanan kaum muslimin. Generasi muda Islam harus menjadi garda terdepan dalam membentengi umat dari keruntuhan iman.

NGGA’ IKUT MUKHOYYAM KO’ BANGGA..?


Mukhoyyam adalah bagian yang tak terpisahkan dari kewajiban dan tuntutan tarbawi setiap kader dakwah. Tidak perduli tua atau muda, senior atau pun pemula. Dan mukhoyyam pun harus ditunaikan baik dalam kondisi lapang maupun sempit, dalam kondisi rizki melimpah ataupun seret. Sebab, mestinya setiap kader dakwah sudah jauh-jauh hari menyiapkan waktu dan maal untuk menyongsong event serius ini.

Urgensi mukhoyyam tidak lebih longgar dari kehadiran kader dalam TRP pekanan. Juga tidak lebih ringan dari menjalankan amanah struktural. Karena ia adalah bagian dari manhaj tarbiyah yang kita yakini kemuliaannya.Tantangan berat yang semakin beragam didepan mata, seharusnya mendorong para aktivis da’wah untuk memanfaatkan sarana mukhoyyam sebagai kesempatan emas untuk menge-charge kembali spirit dan kebugaran fikroh yang lambat laun mengendur seiring perjalanan waktu. Dengan sedikit kesulitan dan ujian dalam kegiatan mukhoyyam diharapkan agar setiap kader bisa menapak tilasi, merenungi dan bertafakur bahwa perjalanan da’wah dalam tataran implementasi jauh lebih sulit dan kompleks. Karenanya dibutuhkan kader-kader yang kuat secara fisik dan mental, kader yang cerdas dan mampu bertahan dalam kondisi sesulit apapun, dan kader yang mampu memikul beban amanah untuk memenangkan da’wah ini. Sehingga agama semata-mata hanya milik Allah SWT.

Ada beberapa hal yang harus dipahami setiap kader dakwah bahwa kewajiban mukhoyyam memiliki makna penting dalam amal jama’i, yaitu:

Membangun Kekuatan Ukhuwwah (Qowwiyul ukhuwwah)

Mukhoyyam akan menguatkan ukhuwah, karena disini para kader da’wah akan menjalani proses pengenalan (taaruf) dalam wujud yang lebih nyata. Saling bisa mengenali kelebihan dan kekurangan saudaranya untuk kemudian muncul perasaan saling memahami (tafahum) dan berlapang dada. Sehingga dengan itu setiap kader semakin menyadari pentingnya amal jama’i, saling melengkapi, dan ber-takaful (saling menanggung) dalam amal-amal da’wah.

Membangun Kekuatan Keberanian (Qowwiyul Saja’ah)

Tantangan da’wah hari ini memiliki jenis yang jauh lebih kompleks dan beragam daripada masa-masa sebelumnya. Tidak hanya ancaman dan rongrongan dalam bentuk pemikiran saja, namun juga berupa opini, teror, ancaman fisik dan lain-lain. Perlu kesiapan memadai untuk bisa menanggulangi dan mencari jalan keluar.

Performance kader dalam rutinitas TRP sangat tidak mampu menunjukkan kebutuhan ini. Apalagi dalam perkembangannya tidak sedikit TRP yang mengalami pasang surut dalam frekuensi kuantitas dan kualitasnya. Sehingga potensi keberanian yang dimiliki setiap kader kurang terasah dan terlatih untuk merespon tantangan dan ancaman terhadap da’wah ini. Meskipun keberanian tidak hanya terukur dari hitungan pengendalian emosi dan fisik semata. Mukhoyyam adalah media yang cukup tepat untuk ‘menajamkan’ potensi yang satu ini.

Membangun Kekuatan Kedisiplinan (Qowiyyul Dzawabit)

Maraknya bangku kosong di awal acara yang sering mewarnai program-program da’wah yang selama ini diselenggarakan akan terus menjadi ‘budaya’ yang mengakar jika kedisiplinan kader semakin lama semakin tidak teruji. Apabila untuk sekedar hadir saja tidak bisa disiplin dan tepat waktu, lalu bagaimana jika seorang kader diberikan kepercayaan untuk mengelola amanah? Analogi yang fair. Jika urusan sepele saja tidak mampu, maka untuk tanggung jawab yang jauh lebih besar pasti akan berantakan dan jauh dari sukses dan keberkahan. Da’wah ini akan sangsi untuk memikulkan amanah kepada kader-kadernya yang lemah disiplin. Padahal kita-kita juga sebagai kader-kader da’wah yang menjadi batu bata penopang bangunan ini. Jika kita tidak layak memikul amanah karena lemahnya disiplin kita, lantas apakah da’wah ini harus memberikan kepada orang lain?

Membangun Kekuatan Daya Responsibilitas

Tidak bisa dipungkiri bahwa terbengkalainya kerja-kerja da’wah di berbagai tempat banyak disebabkan semakin payahnya daya responsibilitas kader. Luntur oleh karunia dan kemudahan yang pada hari ini semakin gampang digenggam tangan. Sungguh keliru jika ‘gaya amal’ kita terus menerus seperti ini. Apalagi jika semakin parah?

Tentu kita sering mendapatkan informasi jika saat-saat ini tidak sedikit aktivis da’wah yang urung menunaikan tugas gara-gara terhalang gerimis dan rengekan anak. Atau karena sedikit kemalaman dan ‘jauh’. Padahal sarana kehidupan yang dimiliki kader semakin lengkap mengingat latar belakang mata pencaharian dan ekonomi rata-rata kader cukup baik dan mapan. Tidak kurang kader yang memiliki alat transportasi, motor bahkan mobil. Dan berapa banyak kader yang tidak punya HP dan telepon, sangat sedikit. Namun sayangnya, anugerah dan kesempatan lebih yang Allah berikan kurang dimanfaatkan untuk mendongkraknya dalam amal-amal da’wah.

Bukan perkara siapa yang salah. Namun yang paling jelas bisa dipahami adalah bahwa lemahnya daya responsibilitas kita dalam menyambut seruan kerja da’wah sejauh ini disebabkan semakin luntur dan pudarnya imtimam kita terhadap manhaj. Oleh karena itu, untuk mewujudkan mimpi-mimpi besar kita dalam da’wah, yaitu kemenangan dan kemuliaan di sisi Allah SWT, harus senantiasa dijaga dan dipelihara kualitas ketaatan dan loyalitas kita terhadap manhaj dan jalan dawah. Atau jika diperlukan, harus ada ‘renovasi’ serius untuk mengembalikan fikroh dan kesadaran kader kepada manhaj yang mulia. Karenanya, mukhoyyam menduduki posisi yang strategis untuk memelihara orisinalitas fikroh kader dan terjaminnya keberlangsungan pembenahan umat. Sehingga meninggalkannya bagaikan melepas salah satu pilar bangunan da’wah ini.

Dibagian akhir tulisan ini, penulis menghimbau kepada seluruh kader* Kota Tangerang yang belum mengikuti mukhoyyam sebelumnya di DP masing-masing, agar segera bersiap diri untuk bersama kader lainnya mengikuti Mukhoyyam Dasar II yang akan diselenggarakan pada hari Jum’at - Ahad, 6 - 8 Juli 2007 di Gunung Bunder, Bogor. Dan bagi para muwajih, alangkah indahnya jika Antum memahami dengan lebih baik urgensitas mukoyyam ini, dan mendorong dengan serius para binaannya untuk mengikuti mukoyyam ‘wada’ 2007 ini. Jazakumullah.

JALAN MENUJU AKHLAKUL KARIMAH


Berbicara tentang implementasi akhlakul karimah tentu tidak luput dari proses pembinaan yang tidak kenal lelah. Karena akhlakul karimah tidaklah cukup hanya berupa visi di atas kertas. Dan akhlakul karimah dalam bentuk sebuah tatanan moral masyarakat juga tidak mungkin dapat terwujud hanya melalui sarana dan media fisik yang mensosialisasikannya.

Oleh karena itu, harus dipahami bersama bahwa terwujudnya tatanan masyarakat yang berpijak pada nilai-nilai akhlak yang baik, mesti dicapai dengan usaha keras semua lapisan masyarakat yang menyadari urgensitas tujuan mulia ini. Dan upaya-upaya yang dilakukan tentunya tidak hanya berwujud fisik belaka, tetapi harus ditekankan kepada proses pembinaan (tarbiyah) moral dan akhlak masyarakat secara komprehensif dan terus menerus.

Sebagai pemuda Islam, kita tentu menyadari dengan baik tentang peran yang harus diemban untuk turut berpartisipasi dalam perjuangan bersama membangun masyarakat yang berakhlak mulia. Meski tidak mudah, namun cita-cita mulia tersebut bukanlah impian yang mustahil untuk diwujudkan. Lebih mendasar lagi, karena upaya mewujudkannya merupakan sebuah misi kenabian, ibadah dan jihad yang sangat tinggi kedudukannya di hadapan Allah SWT.

Demikian pentingnya kedudukan akhlak di mata Islam. Sehingga disamping untuk mengentaskan manusia dari kehidupan jahiliyah kepada cahaya Islam, dan memurnikan penghambaan manusia hanya kepada Allah semata, Rasulullah perlu menegaskan satu diantara tujuan ke-rasulan-nya adalah untuk penyempurnaan akhlak. Sebagaimana yang tersirat dalam sabda Rasulullah s.a.w, “Tidaklah aku diutus untuk manusia kecuali untuk menyempurnakan akhlak“.

Optimisme dan kerja keras mutlak diperlukan untuk memperjuangkan terwujudnya masyarakat yang berakhlakul karimah. Mengapa? Karena sekali lagi bahwa proses yang harus dilalui tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, melainkan harus dengan pengorbanan yang sempurna dan tak kenal waktu. Sehingga ketika segala upaya sudah dilaksanakan dengan maksimal dan ikhlas, niscaya Allah SWT. akan segera memenuhi janjinya.

Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.” (QS. Shaad: 46)

July 28, 2006

Kematian itu ..

Filed under: NASEHAT

KEMATIAN ITU DARI ALLAH


Kematian adalah pemberhentian yang pasti akan kita singgahi. Ibarat kehidupan ini adalah suatu perjalanan dan kita penumpang kereta kehidupan ini, maka pasti akan tiba waktunya kita sampai di stasiun tujuan. Itulah kematian yang mesti berulang-ulang kita sadari dan renungi, bahwa ternyata hiruk pikuk, gemerlap dan warna-warni kehidupan ini akan segera terhenti kita nikmati hanya dengan satu kata yang sederhana, ‘mati’.

Setiap kita sudah mendapatkan waktu yang tepat untuk tiba distasiun kehidupan, tidak bisa dimajukan ataupun ditunda barang sebentar. Dan setiap makhluk yang bernyawa, khususnya manusia, semuanya sedang bersama-sama menaiki kereta kehidupan ini. Diantaranya ada yang sedang duduk santai, karena mengira stasiun yang ditujunya masih jauh. Ada yang sedang berdegub kencang hatinya, karena stasiun tujuannya sudah didepan mata.

Tetapi yang lebih pasti adalah, bahwa ratusan, ribuan, jutaan, bahkan ratusan juta manusia sudah banyak yang turun dari kereta ini, mereka sudah sampai di tempat pemberhentian mereka, stasiun yang memisahkan antara kehidupan dan kematian.

Sebagaimana banyak Allah nyatakan didalam firman-Nya:

"Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?" (Al - Anbiya : 34)

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul[234]. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (Al - Imron : 144)

"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (Al - Imron : 145)

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (Al - Imron : 185)

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan." (Al - Ankabut : 57)

"Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Luqman : 34)

"..(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun’alaikum[823], masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan." (An - Nahl : 32)

"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun," (Al - Mulk : 2)

Semoga kabar-kabar kematian dari Sang Maha Hidup ini mampu menjadikan setiap kita orang-orang yang senantiasa mempersiapkan diri. Agar saat tiba di stasiun tujuan, kita membawa bekal yang cukup dan memadai untuk episode ‘kehidupan’ yang selanjutnya.

SELAMAT JALAN MUJAHIDAH: ALLAH TELAH MEMILIH KALIAN

Turut berbela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas syahidnya ukhti Mia Eka Putri dan ukhti Evi Alvia yang telah kembali ke sisi Allah SWT dalam musibah kecelakaan 8 Juli 2007 yang menimpa ikhwan & akhwat pada acara Dauroh Pelajar DP2 Kota Tangerang.

Semoga Allah menerima segala amal sholih keduanya, mengampuni semua salah dan khilafnya, serta menempatkan keduanya di tempat terbaik di syurga-Nya yang penuh nikmat dan suka cita. Untuk keluarga yang ditinggalkan semoga diberi ketabahan, ketegaran, dan keikhlasan atas kepergian mereka berdua. Insya Allah ridhonya kita akan menjadi jalan kemudahan bagi keduanya sampai di taman yang diimpikan setiap orang beriman.

Bagi ikhwan dan akhwat korban musibah yang Allah selamatkan, semoga diberikan kekuatan iman, kesejukan hati, keikhlasan, dan kesabaran. Mudah-mudahan Allah segera menyembuhakan sakit dan luka kalian. Dan yakinlah bahwa ".. segores luka dijalan Allah, kan menjadi saksi pengorbanan" dihadapan Allah yang Maha Penyayang. Untuk kalian para mujahid da’wah yang tsabat, petikkan nasyid cinta ini dipersembahkan:

Mengarungi samudera kehidupan
Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan
Tiada masa tuk berpangku tangan

Setiap tetes peluh dan darah
Tak akan sirna ditelan masa
Segores luka di jalan Allah
kan menjadi saksi pengorbanan

Allahu ghoyyatuna, Ar-rosul qudwatuna
Al-qur’an dusturuna, Al-jihadu sabiluna
Al-mautu fii sabilillah asma amanina

Allah adalah tujuan kami, Rosulullah tauladan kami
Al-qur’an pedoman hidup kami
Jihad adalah jalan juang kami
Mati di jalan Allah adalah cita-cita kami tertinggi

(nasyid shoutul harokah: "Bingkai Kehidupan")

Musibah ini adalah takdir Allah yang telah digariskan. Semoga kita semua sabar dan dapat mengambil pelajaran berharga darinya. Namun, jangan pernah berhenti untuk terus melangkah, apalagi hanya karena musibah kematian ini. Sebab, seandainya kita bersembunyi di lubang semut pun, jika telah tiba masanya, maka kematian pasti akan datang menjemput.

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan (Al-Ankabut: 57)

Kematian hanya peringatan bagi setiap yang bernyawa, bahwa umur yang Allah berikan buat kita sedemikian sempit. Karenanya, teruslah bekerja dan beramal dengan sungguh-sungguh untuk bekal menuju sang Pencipta. Sebab kita lebih cinta mati di jalan Allah, ketimbang meregang nyawa di atas ranjang yang mewah. "Selamat jalan mujahidah.., sungguh Allah telah memilih kalian.." Semoga kelak Allah mengumpulkan kita semua di syurga-Nya. Amiin.

PERJALANAN YANG PENUH ARTI

Aku dilahirkan 26 tahun lalu, tepatnya 29 September 1980, di kota kecil yang terkenal dengan makanan khas ‘Nasi Grombyang’. Kota yang dipagari Gunung Slamet di bagian selatan dan pantai Laut Jawa di sebelah utara, yang merupakan bagian dari Propinsi Jawa Tengah. Kicau burung dan bentangan sawah yang luas begitu kental mewarnai setiap sudut-sudut kota dan pedesaaan. Subhanallah, aku jadi selalu merindukan kampung halamanku.

Puji syukur hanya untuk Allah yang berkenan memberiku sebagaian nikmat kecerdasan, hingga di masa perjalanan mengenyam jenjang pendidikan dasar, prestasi ranking 1 tidak pernah lepas dari genggaman. Bapak dan Ibu guru, kalian adalah para pahlawan yang telah membimbingku penuh kesabaran. Serta kawan-kawan masa kecilku, kalian adalah orang-orang yang banyak memberi pelajaran persahabatan dalam mengarungi perjalanan hidup ini. Aku tak mungkin melupakan kalian.

Kenangan Bersama Ayah

Tidak bisa kupungkiri, waktu itu adalah masa-masa sulitku menghadapi takdir kehidupan. Ketika Juni 1989 Allah SWT. berkenan memanggil ayahanda ke haribaan-Nya. Usiaku belum genap 9 tahun. Dan raport kenaikan kelasku belum sempat ayah tanda tangani.

Ayah, engkau adalah guru terbaikku. Yang mengajarkan tentang cinta dan kasih sayang, tentang kesabaran dan kelembutan, tentang kesederhanaan dan kepedulian, tentang tanggung jawab dan keberanian, tentang ketegaran dan pengorbanan. Ayah, engkau telah membimbingku mempelajari tentang hidup dan kehidupan.

Betapa aku masih ingat, saat di suatu malam engkau mengajakku bersama kakak bermalam ditengah-tengah persawahan yang begitu gelap. Di sebuah gubuk kecil, ditemani suara jangkrik dan radio kecil, aku dan kakak menyertaimu menjaga tumpukan kedelai hasil panen kita tadi siang. Kulihat dilangit sana berhiaskan taburan kerlip bintang yang begitu indah. Ayah, aku merasakan kedamaian.

Dan aku pun ingat, detik-detik terakhir saat perpisahan denganmu. Kulihat jasadmu terbujur kaku, tak menyapaku. Sayangnya, waktu itu aku masih terlalu kecil untuk memahami apa arti kematian. Aku hanya mampu merenung kosong tanpa pemahaman. Terbersit dalam benakku, satu saat nanti… Ayah pasti kembali lagi.

Hari pun berlalu satu demi satu, dan akhirnya harus ku pahami bahwa ayah tak mungkin kembali lagi. Ayah, selamat jalan ayah. Semoga Allah SWT menerimamu dalam naungan ampunan dan kasih sayang-Nya, sebagaimana ketulusan cinta dan kasihmu pada Ibu, kakak, dan aku.

Wanita yang Tegar

Aku memahami adaptasi yang tidak begitu mudah bagimu, Ibu. Karena dulu, ketika ayah masih ada di antara kita, engkau hanyalah seorang ibu rumah tangga. Tapi sejak saat itu, dirimu harus menjadi seorang ibu sekaligus kepala rumah tangga. Mencari nafkah untuk bertahan hidup.

Sejak kepergian ayah, dirimu adalah orang yang paling dekat denganku. Apalagi kakak kemudian tinggal bersama saudara agar bisa tetap melanjutkan sekolah. Ibu, engkau adalah wanita tegar yang pantang putus asa, meski sedih dan berat. Aku bisa merasakan ketika butir air mata sering membasahi kelopak matamu. Dan aku pun merasakan ketika kulitmu kian berkerut dan lapuk terbakar sinar matahari. Aku sangat merasakan spirit yang terus bergelora dalam dirimu, untuk tidak menyerah melewati masa-masa sulit.

Ibu, aku senang dan aku bangga. Kala tubuh mungilku waktu itu bisa membantumu mencari penghasilan. Ketika pagi-pagi buta aku mesti menyertaimu merawat dan menyiangi tanaman sayur-mayur kita. Menyirami dan menaburinya pupuk, menjaganya dan memeliharanya. Setiap pagi dan sore hari kaki kecilku mengayuh sepeda tua untuk menemani atau menyusulmu menyambangi lahan-lahan sayuran.

Hingga masa petik tiba, aku pun bersamamu membantu mengumpulkan ikatan-ikatan sayuran. Membersihkan dan mengemasnya. Tidak jarang aku juga turut mengangkutnya ke pasar untuk segera dijual dalam keadaan segar.

Ibu, aku bangga dan bahagia bisa membantumu meski waktu belajar dan bermainku jadi tidak banyak, toh aku juga masih bisa sempat bermain. Tapi insya Allah aku ikhlas. Ibu, engkau adalah orang yang paling aku cintai melebihi segalanya.

Ibu, aku juga masih ingat. Ketika akhirnya, ibu harus menentukan pilihan untuk merantau ke Ibukota Negara. Engkau memelukku erat dengan deraian air mata. Sedih rasanya, keluarga yang hanya 3 nyawa tidak pernah tinggal serumah sejak kepergian ayah.

Tekadmu yang kuat agar aku dan kakak tetap sekolah, meski harus tinggal terpisah jarak yang jauh, membuat dirimu tak lagi memperdulikan kulitmu yang mulai berkerut dan tenagamu yang kian melemah. Semoga Allah meridhoi ikhtiar dan perjuanganmu.

Dan do’a-do’a panjangmu di sepertiga malam terakhir adalah penguat kesabaran, energi harapan, dan sebab-sebab kehendak Allah memberikan kita ‘kemenangan’. Dan kini Allah telah mengabulkan diantara do’a-do’a kita.

Ibu, kini aku menyadari hikmah besar dari peristiwa-peristiwa yang Allah ujikan kepada kita. Cita-cita dan misi hidup yang kuat telah mengantarkan kita kepada keberhasilan melewati masa-masa sulit itu.

Bunda… terima kasih.

Semoga Allah Yang Maha Penyayang tiada henti membimbing dan menaungi kita. Amiin.